Makalah Hubungan Politik Internasional Korsel (Korea selatan)
On 11 May 2010 /
In
Pendidikan
/
Reply
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Republik Korea (bahasa Korea: Daehan Minguk.bahasa Inggris: Republic of Korea/ROK) biasanya dikenal sebagai Korea Selatan, adalah sebuah negara di Asia Timur yang meliputi bagian selatan Semenanjung Korea. Di sebelah utara, Republik Korea berbataskan Korea Utara, di mana keduanya bersatu sebagai sebuah negara hingga tahun 1948. Jepang berada di seberang Laut Jepang (disebut “Laut Timur” oleh orang-orang Korea) dan Selat Korea berada di bagian tenggara. Negara ini dikenal dengan nama Hanguk oleh penduduk Korea Selatan dan disebut Namchosŏn ( “Chosŏn Selatan”) di Korea Utara. Ibu kota Korea Selatan adalah Seoul. Korea Selatan terletak di semenanjung Korea bersama-sama dengan Korea Utara. Untuk selanjutnya dalam makalah ini, akan kita sebut Korea saja, yang mencakup Utara dan Selatan.1
Korea terletak bersebelahan dengan China dan Jepang. Dibagian utara terletak sungai Amnokgang (Yalu) dan Dumangang (Tumen), yang membatasi dengan daerah Manchuria. Bagian timur Dumangang sepanjang 16km juga menjadi batasan dengan Rusia. Bagian barat Semenanjung Korea dibatasi oleh Teluk Korea di bagian utara dan Laut Barat di bagian selatan, di mana pantai timur menghadap Laut Timur. 200 kilometer memisahkan semenanjung ini dari China bagian timur. Jarak terdekat antara pantai Korea and Cina adalah 200 kilometer dan dari bagian tenggara semenanjung ini, tempat terdekat dengan pantai Jepang adalah sekitar 200 kilometer. Karena letak geografisnya, budaya Cina memasuki Jepang melalui Korea, sehingga sebuah pusat budaya Buddha dan Konfusianisme terbangun di ketiga negara ini. Semenanjung Korea terbentang sepanjang 1000 kilometer ke arah selatan, mulai bagian timur laut benua Asia, dan lebarnya sekitar 300 kilometer. Oleh karena itu, variasi iklim lebih terlihat perbedaannya sepanjang sumbu utara-selatan. Perbedaan antar jenis-jenis tanaman dapat dilihat antara bagian utara yg dingin dan bagian selatan yang hangat. Semenanjung ini dan pulau-pulau kecilnya, terletak antara 33 06′40″N dan 43 00′39″N lintang dan 124 11′00″E dan 131 52′08″E bujur. Lokasi Korea secara garis lintang terletak seperti semenanjung Iberia dan negara Yunani.
Keseluruhan semenanjung terletak dari utara ke selatan seperti negara bagian California di Amerika Serikat. Secara garis bujur, Korea terletak persis di bagian utara Philipina dan Australia tengah. Garis bujur 127 30′E melintang persis di tengah-tengah semenanjung Korea . Tetapi, Korea juga mempunyai garis bujur yg sama dengan Jepang, yaitu 135 E. Oleh karena itu, kota Seoul dan Tokyo sama-sama mempunyai zona waktu lebih awal dari GMT (Greenwich Mean Time).2
Daerah Ibukota (Seoul / Gyeonggi): Daerah ini termasuk Seoul dan Incheon, yang membentang di daerah Gyeonggi-do. Daerah ibukota, seperti namanya, adalah pusat semua aktivitas politik, ekonomi, dan budaya di Korea Selatan. Di sekitar Seoul juga terbentuk kota-kota kecil, yang membentuk daerah urbanisasi tak terputus. Di dalam dan di sekitar Seoul terdapat konsentrasi terbesar industri nasional. Sebagai hub sistem transportasi dalam negri, dengan Gimpo International Airport yang terletak di bagian pinggir barat Seoul, Incheon International Airport, dan jaringan jalur kereta api yang menghubungkan semua bagian negara, daerah ibukota ini menjadi pintu utama dunia menuju Korea Selatan. Karena posisinya yang strategis, dialek bahasa yang digunakan di Seoul dianggap standar nasional bahasa Korea3
Perekonomian Korea Selatan sejak tahun 1960-an telah mencatat rekor perkembangan yang luar biasa. Perkembangan ini terutama ditentukan lewat integrasi negara ini kepada perekonomian dunia yang modern dan berteknologi tinggi. Saat ini pendapatan perkapita Korea Selatan telah setara dengan pendapatan negara-negara Uni Eropa. Selama kurun waktu 1980-an, Korea Selatan mengadopsi sistem kedekatan antara sektor pemerintahan dan bisnis yang termasuk juga kredit yang terarah, pembatasan impor, dan pensponsoran industri-industri khusus. Pemerintah Korea Selatan mendorong impor bahan-bahan baku mentah dan teknologi dengan mengorbankan barang konsumtif serta mendorong masyarakat untuk menabung dan melakukan investasi.4
Namun demikian, seiring dengan gelombang krisis ekonomi yang melanda Asia, Korea Selatan tidak terkecualikan sebagai salah satu negara yang terkena krisis. Rasio hutang yang tinggi, pinjaman yang tinggi, serta ketidakdisiplinan sektor ekonomi telah menjatuhkan perekonomian Korea Selatan pada tahun 1998. Setelah empat tahun berada dalam pengobatan yang dilakukan oleh IMF, perlahan perekonomian Korea Selatan meningkat kembali secara gradual. Dituntun oleh pengeluaran konsumsi serta peningkatan ekspor yang signifikan, pada tahun 2002 Korea Selatan mencatat perkembangan perekonomian yang ditandakan oleh peningkatan GDP sebesar 7 persen yang juga menandakan kelulusannya dari program dan pengawasan IMF. Korea Selatan telah membayar kembali sisa pinjamannya sebesar US$ 19,5 milyar, dua tahun lebih cepat dari perkiraan semula. Antara tahun 2003 – 2005, pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran 4 persen.5
Pada tahun 2005, pemerintah membuat proposal tentang pengesahan reformasi kaum buruh dan skema dana pensiun perusahaan untuk membuat pasar tenaga kerja lebih fleksibel. Pemerintah juga memperkenalkan kebijakan real-estate untuk mendinginkan spekulasi yang dibuat oleh sektor properti. Perkembangan yang positif ini dibarengi dengan berbagai upaya restrukturisasi di sektor keuangan, korporasi dan publik. Pemulihan ekonomi Korsel yang berlangsung cepat tersebut sebagian besar juga didukung dengan penerapan kebijakan suku bunga yang rendah dan stabilisasi pasar domestik. Kebijakan ini pada gilirannya mendorong iklim investasi dan permintaan domestik.6
Sebagai salah satu dari empat Macan Asia Timur, Korea Selatan telah mencapai rekor pertumbuhan yang memukau, membuat Korea Selatan ekonomi terbesar ke-12 di seluruh dunia.
Setelah berakhirnya PDII, PDB per kapita kira-kira sama dengan negara miskin lainnya di Afrika dan Asia. Kemudian Perang Korea membut kondisi semakin parah. Sekarang PDB per kapita kira-kira 20 kali lipat dari Korea Utara dan sama dengan ekonomi-ekonomi menengah di Uni Eropa. Pada 2004, Korea Selatan bergabung dengan “klub” dunia ekonomi trilyun dolar.
Kesuksesan ini dicapai pada akhir 1980-an dengan sebuah sistem ikatan bisnis-pemerintah yang dekat, termasuk kredit langsung, pembatasan impor, pensponsoran dari industri tertentu, dan usaha kuat dari tenaga kerja. Pemerintah mempromosikan impor bahan mentah dan teknologi demi barang konsumsi dan mendorong tabungan dan investasi dari konsumsi. Krisis Finansial Asia 1997 membuka kelemahan dari model pengembangan Korea Selatan, termasuk rasio utang/persamaan yang besar, pinjaman luar yang besar, dan sektor finansial yang tidak disiplin.Pertumbuhan jatuh sekitar 6,6% pada 1998, kemudian pulih dengan cepat ke 10,8% pada 1999 dan 9,2% pada 2000. Pertumbuhan kembali jatuh ke 3,3% pada 2001 karena ekonomi dunia yang melambat, ekspor yang menurun, dan persepsi bahwa pembaharuan finansial dan perusahaan yang dibutuhkan tidak bertumbuh. Dipimpin oleh industri dan konstruksi, pertumbuhan pada 2002 sangat mengesankan di 5,8%. Korea Selatan yang dianggap tidak stabil pada 1960-an, saat ini telah beruabah menjadi negara industri utama dalam kurang dari 40 tahun. Pada 2005, di samping merupakan pemimpin dalam akses internet kecepatan-tinggi, semikonduktor memori, monitor layar-datar dan telepon genggam, Korea Selatan berada dalam peringkat pertama dalam pembuatan kapal, ketiga dalam produksi ban, keempat dalam serat sintetis, kelima dalam otomotif dan keenam dalam baja. Negara ini juga dalam peringkat ke-12 dalam PDB nominal, tingkat pengangguran rendah, dan pendistribusian pendapatan yang relatif merata.Pada tahun 1950-an Korea Selatan adalah salah satu negara termiskin di dunia. Sama miskinnya dengan negara-negara termiskin di Afrika dan Asia. Ekonominya hanya bersandar pada pertanian, belum lagi sempat hancur gara-gara pendudukan Jepang dan Perang Korea. Tapi itu dulu.
Dalam 4 dekade, Korea Selatan berubah cepat dari negara termiskin, menjadi salahsatu Negara paling kaya dan tercanggih di dunia dengan nilai ekonomi Trilyunan dollar. Tahun 1963, GDP perkapitanya cuma $100. Tahun 1995 sudah $10.000. 2007 kemarin, $25.000. Goldman Sachs meramalkan Korea tahun 2050 nanti akan jadi negara terkaya nomor 2 di dunia, mengalahkan semua bangsa lainnya kecuali Amerika dengan pendapatan perkapita $81.000. Korea, juga tercatat sebagai bangsa dengan kecepatan pertumbuhan ekonomi tercepat sepanjang sejarah.7
Produk-produk elektronik Korea, Samsung dan LG, telah menguasai dunia. Dari ponsel canggih, televisi plasma, LCD, sampai semikonduktor. LG sendiri sekarang adalah perusahaan pembuat panel plasma terbesar di dunia. Samsung, adalah konglomerat terbesar di dunia, yang hanya kalah oleh General Electric. Industri pembuatan kapal Korea, Hyundai dan Samsung Heavy Industries, adalah yang terbesar di dunia dan mengalahkan Jepang tahun 2004. Hyundai, juga menjadi perusahaan otomotif ke 5 terbesar di dunia. Korea juga telah jadi negara termaju di dunia dalam hal infrastruktur teknologi. Sejak tahun 2000, seluruh masyarakat Korea telah menikmati jaringan internet 100 Mbit/detik, siaran televisi interaktif high-definition, teknologi komunikasi 4G.8
Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana Korea Selatan bisa maju dengan begitu pesat? Faktor apakah yang menunjang Korea Selatan dengan keterbatasan sumber daya alamam (SDA) akan tetapi mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menyerap sains dan teknologi ? dan Korea Selatan adalah salah satu bangsa yang sangat kaya raya dan paling maju di dunia ?
PEMBAHASAN
Korea Selatan mengalami berbagai kemajuan. Dalam bidang ekonomi berbagai sektor dalam industri mereka mencuat sebagai akibat agresitivitas dalam menyerap teknologi. Hal ini mereka lakukan dengan bermitra dengan berbagai perusahaan luar negeri. Sejak dekade 1980an, Lucky Goldstar Group bermitra dengan Hitachi (Jepang) dan dengan Siemens Jerman untuk Tele-electric. Goldstar Electric dengan NEC Jepang, dan lainnya. Demikian pula rintisan Samsung dengan Sumitomo. Di sektor otomotif, Hyundai, KIA, dan lainnya. Dibandingkan dengan Jepang, berbagai produk otomotif dan elektronika yang menjadi andalan Korsel, harga ekspor maupun yang dirakit di negara tujuan investasi sekitar 20% lebih murah, sekalipun dalam mutu teknologinya masih satu kelas di bawah Jepang.
Perekonomian yang maju dan teknologi yang semakin canggih salah satunya disebabkan oleh gaya manajemen perusahaan Korsel, baik yang berskala besar konglomerat “chaebol” maupun yang menengah dan kecil senantiasa mencerminkan nilai dan filosofi dasar yang mereka anut. Secara keseluruhan perusahaan memberi tekanan pada harmoni antar-manusia, rasa menyatu, kerjasama, pengabdian, sikap rajin kerja, orisinalitas dan kreativitas dan mengejar pembangunan pribadi. Selain itu, dalam ideologi dan sasaran bisnis, kejujuran, kredibilitas, efisiensi dan usaha meningkatkan mutu dan tanggung jawab menjadi acuan setiap karyawan mulai dari yang paling top sampai yang terendah.
Sekalipun tampak perbedaan dalam budaya dan asal usul dengan Jepang, tapi terdapat beberapa kesamaan, yaitu dalam arti kelangkaan Sumber Daya Alam (SDA), wilayah yang sempit, namun penduduk yang memiliki motivasi untuk belajar dan menggali ilmu pengetahuan dan keterampilan (skill). Dalam bidang manajemen teknologi, bahkan pernah terungkap semacam slogan “Kerjakan apa yang pernah dilakukan oleh Jepang, tapi lakukan dengan biaya lebih murah dan lebih cepat”. Antara harapan dan kenyataan senantiasa terdapat kesenjangan dan hal ini yang senantiasa dihadapi setiap bangsa termasuk korea Selatan. Kegagalan berarti mulai lagi dengan semangat baru.
Menurut Kementerian Ekonomi dan Keuangan Korea Selatan, pada tahun 2006 perekonomian Korea Selatan akan terus berkembang walaupun ancaman kondisi eksternal seperti harga minyak dunia tetap membayangi. Pada tahun 2006 ini, Korea Selatan telah mereformasi sektor perpajakan yang sejalan dengan arah kebijakan ekonomi makro Korea Selatan pada paruh kedua tahun 2006. Komposisi perekonomian dilihat dari pendapatan per kapita Korea Selatan adalah sebesar 3.3 persen untuk sektor pertanian, 40.3 persen untuk sektor industri, dan 56.3 persen untuk sektor Jasa.
Tiga tren utama yang diidentifikasikan akan memberikan efek positif kepada pertumbuhan industri Korea Selatan adalah:
1. Pendewasaan teknologi digital dan jaringan
2. Integrasi teknologi inter-disipliner
3. Kerjasama ekonomi antara Korea Selatan dan Korea Utara, yang pada tahun 2006 mencapai 1 milyar dollar AS
Sebaliknya, tiga trend utama yang diidentifikasikan akan memberikan efek negatif kepada industri Korea adalah:
1. Populasi angkatan kerja muda yang semakin berkurang
2. Pengikisan dan degradasi lingkungan yang berakibat kepada masalah ingkungan hidup
3. Hegemoni teknologi: permasalahan hak cipta.
Peran Pemerintahan
Pemerintahan memegang peranan penting dalam menentukan kondisi ekonomi. Di samping aspek lainnya, pemenuhan kewajiban minimum pemerintahan, termasuk penyediaan infrastruktur dan pemeliharaan stabilitas mekroekonomi, jelas merupakan syarat yang perlu bagi dicapainya keberhasilan ekonomi. Bukan berarti syarat ini saja sudah menjamin keberhasilan, tetapi bila digabungkan dengan kewajiban yang rumit dalam hal mengantisipasi serta mengimbangi distorsi pasar yang muncul akibat strategi industrialisasi yang bersifat dirigesti (dimana pemerintahan menentukan segalanya), maka wewenag pemerintahan akan jauh lebih besar. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila kesimpulan, Reynolds (1983;976) menyimpulkan bahwa” Hipotesisnya ialah bahwa satu-satunya variabel pejelas terpenting (dalam pembangunan ekonomi) adalah organisasi politik dan kecakapan administratif pemerintahan”.9
Pemerintahan tidak perlu memberikan tambahan insentif bagi sebagi sebagian industri, kecuali untuk menanggulangi kegagalan pasar yang inheren.
Sesungguhnya, dinegara berkembang sekalipun, kegagalan pasar yang inheren ini tidak umum terjadi. Hampir semua kegagalan yang nyata diakibatkan oleh kebijakan ekonomi pemerintahan; kegagalan pasar ini dapat muncul baik akibat tindakan pemerintah maupun karena ketidak mampuan pemerintah dalam dalam mengambil tindakan- dalam hal ini, misalnya, tindakan pemerintah dalam membatasi ekspor pasar, ataupun kegagalan pemerintah untuk membentuk pasar modal.
Belum banyak publik di negeri ini yang mengetahui bahwa Korea berasal dari dinasti Koryo, dinasti yang berkuasa sekira tahun 935-an dan diperoleh nama Korea. Jauh sebelum semenanjung Korea (Korean Peninsula) terpecah atau dipecah menjadi dua sejak tahun 1945 pasca-Perang Dunia II, sepanjang sejarah sudah berabad-abad lamanya Korea menjadi penghubung antara kebudayaan dari daratan Asia dengan Jepang.
Selama berabad abad lalu, para pemimpin agama dan politik melakukan penekanan terhadap bangsa Korea sebagai akibat letak geopolitik Korea yang menjadi jalur utama. Namun, bangsa Korea ditempa sedemikian rupa hingga memiliki kekuatan psikis hahn (released energy) atau elan vital yang mendesak bangsa Korea untuk mengejar pendidikan, kerja keras yang mudah menyesuaikan diri, penuh disiplin dan tekun sampai-sampai melakukan pengorbanan diri demi peningkatan kesejahteraan keluarganya dan pada gilirannya kepada bangsa.
Semenanjung Korea setelah Perang Dunia II dipecah sepanjang garis lintang 38 derajat utara menurut perjanjian antara pihak Amerika Serikat (AS) dan Uni Sovyet (waktu itu). Terciptanya garis yang memisah melalui Pamunjong. Secara resmi Korsel terbentuk 15 Agustus 1948. Luas tanah Korsel sekitar 99.000 kilometer persegi, dan hanya sekitar seperempat dari luas tanah yang dapat dihuni. Penduduknya berjumlah sekira 49,1 juta pada 2006.
Yang tampak sebagai gaya manajemen perusahaan Korsel, baik yang berskala besar konglomerat atau yang mereka sebut <>i>chaebol maupun yang menengah dan kecil senantiasa mencerminkan nilai dan filosofi dasar yang mereka anut.
Secara keseluruhan (on the whole) perusahaan memberi tekanan pada harmoni antar-manusia, rasa menyatu (unity), kerjasama, pengabdian, sikap rajin kerja, orisinalitas dan kreativitas dan mengejar pembangunan pribadi (personal development). Selain itu, dalam ideologi dan sasaran bisnis, kejujuran, kredibilitas, efisiensi dan usaha meningkatkan mutu dan tanggung jawab menjadi acuan setiap karyawan mulai dari yang paling top sampai yang terendah.
Oleh karena itu, peran pemerintah yang tepat adalah membantu menciptakan dan mempertahannkan lingkup ekonomi dimana penggerakan harga sanagat berpengaruh terhadap perubahan disektor industri. Ini hanya mungkin apabila pemerintahan menetapkan sistem kebijakan yang bersifat netral, yang intinya adalah regim perdagangan bebas (atau mendekati regim perdagangan bebas) dan sektor pemerintah yang kecil sehingga tidak mampu menetapkan harga ”politis”
Kemajuan negara Kore Selatan memiliki kapasitas yang berkembang secara baik guna melaksanakan intervensiselektif; dak kapasistas ini terletak pada (a) instrumen kebijakan yang ampuuh, dan (b) organisasi pemerintahan yang tertentu, dan kaitannya dengan lembaga ekonomi penting lainnya di dalam masyarakat. Negara Asia Timur mempunyai hal persamaan yang mencolok dalam hal instrumen kebijakan maupun kestruktur kelembagaan10
Kita mulai beda yang ditetapkan Zysman (1983) antara sistem finansial yang bertumpu pada pasae modal (capital market-based) dan sistem finansial yang bertumpu pada (credit-based). Kedua bentuk sistem ini membawa implikasi yang sangat berbeda terhadap pengaruh potensial pemerintah terhadap dan/atau bank atas dunia usaha. Pada sistem finansial yang bertumpu pada pasar modal, surat-surat berharga (yakni, saham dan obligasi). Merupakan sumber utama pembiayaan jangka panjang bagi dunia usaha. Dalam sistem ini, banyak sekali instrumen pasar uang dan pasar modal yang dapat digunakan, dan sejumlah besar lembaga keuangan khusus bersaing ketat dalam hal harga dan pelayanan. Harga terutama ditetapkan melalui interaksi antara penawaran dan perminntaan, sementara lembaga keuangan tidak memiliki hubungan yang erat dengan perusahaan-perusahaan tertentu. Sistem finansial Inggris dan Amerika Serikat merupakan contoh nyata dari bentuk sistem yang bertumpu pada pasar modal ini.
Sistem finansial yang bertumpu pada kredit, pasar modal tidak berfungsi secara efektif dan perusahaan sangat tergantung pada kredit sebagai seumber pembiayaannya diluar laba yang ditahan. Pemotongan kredit akan membawa prospek pada segera dilikuidasinya perusahaan yang ada. Oleh karena itu, perusahaan sangat tergantung pada para pihak yang mengendalikan kredit-dalam hal ini bank, karena bank merupakan sumber utama kredit. Lembaga bank dapat relatif bebas dari intervensi pemerintah, sebagai mana yang terdapat di Jerman, atau dapat pula berada dibawah kendali pemerintah.
Pada kondisi yang terakhir ini, pemerintah berwenang menetapkan harga-harga finansial, dan melalui harga-harga maupun kemampuan pemerintah untuk lebih mempengaruhi alokasi pemberian kredit bank secara langsung, pemerintah dapat mempengaruhi pola investasi didalam perekonomian. Korea Selatan mrnganut sistem finansial yang bertumpu pada kredit, dimana pemerintah berperan dalam mentukan harga-harga. Ketergantungan pihak perusahaan terhadap kredit ini dapat dilihat dari tingginya rassio utang terhadap modal yang menjadi ciri khas sektor perusahaan. Dengan menggunakan angka resmi (belum disesuaikan terhadap laju inflasi), kita ketahui bahwa di Jepang selama dasawarsa 1950-an hingga 1970-an, rasio utang terhadap modal perusahaan berkisar antara 300-400 persen, yakni hampir sama dengan angka di Korea Selatan pada dasawarsa 1970-an; sedangkan di Taiwan selama dasawarsa 1970-an, angka berkisar antara 160-200 persen. Rasio utang terhadap modal perusahaan di Amerika Serikat dan Inggris berkisar antara 50-100 persen.11
Bank-bank di Korea Selatan bertindak sebagai perangkat langsung kebijakan pemerintah (minimal mengenai pemberian kredit dalam jumlah besar); pemberian kriteria kredit bank-bank ini diterapkan oleh pemerintah, dan dalam hal terdapt kredit tak tertagih, pemerintah yang mengetur apakah mereka boleh terus memberikan kredit atau ridak. (tingginya laju inflansi di Korea Selatan pada dasawarsa 1070-an berkaitan dengan kebijakan pemerintah untuk memberikan kredit kepada sejumlah perusahaan agar bangkit dari kesulitan). Oleh karena itu, kewajiban memberikan jaminan bukanlah merupakan persyaratan pokok yang haruss dipenuhi (kecuali untuk perusahaan kecil), sehingga bank tidak, dalam pengertian ini, bertindak selaku ”perentara gadai”. Meskipun demikian, bank tidak memiliki kapasitas untuk melakukan sendiri analisis terhadap neraca, prospek pasar dan proyeksi arus khas perusahaan; atau bagaimanapun juga, mereka tidak berwenang melakukan analisis tersebut sebagai dasar keputusan pemberian kredit. Jadi, bank-bank di Koreaq Selatan bukan hanya tidak bertindak selaku perantara gadai, melaikan juga bukan merupakan kelompok kapitalis. Dalam hal ini, bukan bank yang terlibat langsung dalam manajemen perusahaan (besar), melaikan pemerintah.12
Intervensi Negara dan Nasionalisme
Dalam dasawarsa 1960-an, Korea Selatan mengganti orientasi perekonomiannya dari industrialisasi subsitusi impor ke industrialisasi yang mempromosikan ekspor. Kwang Suk Kim (dikutip dalam Krueger, 1979,85) menyebutkan adanya dua penyebab utama pergatian orientasi tersebut. Pertama, perhantian orientasi tersebut didorong oleh kebetulan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang dalam dasawarsa 1950-an dan awal dasawarsa 1960-an dinilai mengecewakan. Pada sekitar tahun 1960, subsitusi impor dalam bidang barang-barang konsumsi tidak tahan lama dan barang-barang setengah jadi yang dipakai dalam sektor pengolahan di Korea Selatan pada dasarnya telah mengalami kejenuhan. Subsitusi impoor didalam bidang permesinan dan barang-barang konsumsi tahan lama beserta komponen-komponen setengah jadinya tidak menghasilkan pertumbuhan yang memuaskan terbatasnya pasar dalam negri. Hanya produksi untuk eksporlah yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Keduau, perubahan orientasi ekonomi tersebut dirasa perlu karena bantuan Amerika Serikat mulai menurun secara drastic pada awal dasawarsa 1960-an. Korea Selatan terpaksa mencari sumber-sumber devisa lainnya untuk mengimpoor barang-barang modal dan konsumsi.
Ada tiga faktor utama yang mendukung keberhasilan pergantian ekomi tersebut. Pertama, cepatnya pertumbuhan ekonomi di negri-negri kapitalis pada akhir dasawarsa 1950-an dan awal dasawarsa 1960-an menciptakan banyak peluang untuk ekspor, sedangkan kuatnya gerakan buruh didalam negri banyak meningkatkan daya beli masyarakat Korea Selatan. Kedua, bantuan Amerika Serikat menolong keberhasilan dengan jalan ikut membiayai impor negri tersebut.
Ketiga, peranan negara dalam meransang dan mengarahkan perekonomian-perekonomian Korea Selatan dalam dasawarsa 1960-an dan 1970-an merupakan sebuah perekonomian yang terencana meskipun sifat perencanaannya sangat berbeda dengan perencanaan ekonomi di negri-negri sosialis. Meskipun terencana, perekonomian Korea Selatan berorientasi pada pasar, dan perusahaan-perusahaan swastalah yang banyak mengambil insentif. Peranan negara adalah secara terencana menciptkan kondisi-kondisi yang menguntungkan untuk infestasi modal, produksi dan ekspor13
Pengendalian atas impor memiliki fungsi pokok mengurangi resiko yang dihadapi investor baru, terutama yang bergerak disektor indusrtri padat-modal, sehingga meendorong terjadinya ekspansi dan peningkatan kemampuan dan peningkatan kemampuan produksi domestik. Negara Korea Selatan berupaya merangsang pihak pabrikan domestik untuk melakukan investasi dengan skala yang cukup sehingga memberiakn tingkata pengembalian yang semakin meningkat (yang menjadi ciri dari sektor industri manufaktur); dan kemudian berupaya menyediakan permintaan domestik yang besar dan dapat diandalkan bagi output sektor industri yang diproteksi ini, sehingga biaya pabbrikasi sektor industri tersebut dapat dibebankan atas output yang lebih besar dan karenanya mengurangi biaya per unit. Pada tingkatan agregat, pengendalian atas impor berfungsi agar kenaikan permintaan dari pasaran ekspor lebih banyak tertahan diperekonomian domestik, sehingga menjamin terciptanya kondisi ekonomi yang lebih ekspansif ini, perusahaan domestik akan lebih cenderung meningkatkan produktivitasnya sehingga dapat meningkatkan daya saing internasionalnya di kemudian hari.
Idiologi Korea Selatan
Ideologi yang dipakai di Korea Selatan adalah Demokrasi dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- Pertama, demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik.
- Kedua, anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan pers.
- Ketiga, pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar membuat keputusan untuk diri sendiri.
- Keempat, kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk. Oleh karena itu, pemerintahan dijalankan sedemikian rupa sehingga penyalahgunaan kekuasaan dapat dicegah. Pendek kata, kekuasaan dicurigai sebagai hal yang cenderung disalahgunakan, dan karena itu, sejauh mungkin dibatasi.
- Kelima, suatu masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau sebagian besar individu berbahagia. Walau masyarakat secara keseluruhan berbahagia, kebahagian sebagian besar individu belum tentu maksimal. Dengan demikian, kebaikan suatu masyarakat atau rezim diukur dari seberapa tinggi indivivu berhasil mengembangkan kemampuan-kemampuan dan bakat-bakatnya.
Sejarah Korea Selatan membuktikan bahwa pemerintahan yang otoriter itu mempunyai banyak faktor pendukung, secara internal maupun eksternal. Dominasi yang kokoh dari militer serta hasrat untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi pada akhirnya memaksa rakyat memahami dan menerima pemerintahan yang otoriter. Apalagi secara eksternal Korea Selatan dihadapkan pada bahaya agresi dari Korea Utara dan Cina, sehingga untuk waktu hampir 40 tahun pemerintahan Korea Selatan yang otoriter sepertinya memperoleh legitimasi walaupun hal itu bisa disebut sebagai legitimation by default (Han, 1990).
Penelusuran kita akan sejarah kontemporer Korea Selatan menunjukkan bahwa sejak 1948 di bawah pemerintah Presiden Sygman Rhee (first republic) karakteristik pemerintahan yang otoriter itu begitu menonjol, dan ini diteruskan oleh pemerintahan Presiden Park Chung Hee tahapan kedua yang konon melakukan reformasi tetapi ternyata tetap otoriter (1973- 1979), dan dilanjutkan pula oleh Presiden Chun Doo Hwan (1980-1987). Hanya satu tahun, 1960-1961, pada jaman second republic dari pemerintahan Chang Myon demokrasi dicoba ditegakkan, tetapi gagal dan digagalkan oleh kudeta militer. Dan terakhir pada jaman pemerintahan Roh Tae Woo kita melihat upaya ke arah pemerintahan yang demokratis ditumbuhkan. Inilah jaman transisional. Pada jaman inilah kita melihat penolakan yang semakin kuat dari rakyat Korea Selatan terhadap pemerintahan otoriter. Bersamaan dengan itu penerimaan terhadap demokrasi semakin menguat apalagi karena Korea Selatan sudah semakin mapan secara ekonomi sebagai macan Asia yang baru bersama Singapore, Hongkong, dan Taiwan (NIC’s).
Akan tetapi demokratisasi itu tidak gampang. Ada banyak faktor yang menghambat demokratisasi itu seperti sentralisasi pemerintahan yang rapi dan hampir tak berkembangnya pluralisme; pembangunan ekonomi politik yang tidak merata; melembaganya nilai-nilai sosial yang otoriter; polarisasi ideologi antara authoritanism dengan demokrasi pada satu pihak, dan antara aliran kiri dan kanan di pihak lainnya; serta adanya persoalan ancaman keamanan yang riil yang pada dasarnya mensyaratkan kuatnya militer di segala bidang. Tentu ada faktor-faktor lain, tetapi kesemua hal di atas telah memberi tanah berpijak yang subur bagi keberadaan pemerintahan yang otoriter. Pemerintahan militer di Korea Selatan telah begitu berhasil selama empat dekade menanamkan kontrol terhadap kekuatan-kekuatan sosial yang antipemerintahan otoriter.
Bersyukurlah bahwa pembangunan ekonomi Korea Selatan yang cepat dan sukses telah melahirkan suatu klas menengah yang semakin kuat yang kemudian menjadi kekuatan yang mendorong terjadinya demokrasi. Pada dekade 1980-an klas menengah ini menjadi semakin kuat sehingga meski mereka tidak sepenuhnya mendorong demokrasi tetapi mereka tidak lagi mendukung pemerintahan yang otoriter. Secara gradual pemerintahan otoriter kehilangan dukungan yang selama ini dimilikinya, dan kejatuhannya semakin tidak terelakkan karena semakin banyak rakyat Korea Selatan yang yakin bahwa demokrasi dan demokratisasi adalah ”paspor” emas untuk masuk dalam perkumpulan negara-negara maju.
Menurut Sung Joo Han, ada beberapa faktor yang menjadi faktor penentu terjadinya demokratisasi di Korea Selatan. Antara lain adalah berhasilnya sosialisasi demokrasi di kalangan masyarakat; bertumbuhnya klas menengah yang orientasinya pada demokrasi; semakin mahalnya ongkos represi di tengah tuntutan akan demokrasi; munculnya kemauan politik rakyat untuk diakui dan diterima oleh komunitas dunia sebagai negara demokratis, status yang semakin penting bagi kelanjutan pertumbuhan ekonomi, dan adanya pengaruh dan tekanan eksternal terutama dari Amerika Serikat agar pemerintahan demokratis ditumbuhkan. Kesemua faktor di atas secara kumulatif telah mempercepat terjadinyademokratisasi di Korea Selatan.
Kemajuan Industri Korea Selatan
Ekonomi dibangun dengan membangun industri-industri standar negara berkembang, tekstil, sepatu, yang mudah dan ringan. Tapi pemerintah sudah sekaligus mempersiapkan segalanya, infrastruktur, sumberdaya, dan pengetahuan untuk level industri selanjutnya. Industri berat dan strategis, baja, otomotif, perkapalan. Bukan untuk dimajukan, tapi untuk mengusai dunia.
Sejak awal, strategi besar Korea adalah export oriented. Mereka harus mempersiapkan diri dan berjuang untuk merebut pasar dunia, Ini akibat dari keadaan yang sama seperti Jepang, sumberdaya alam yang sangat terbatas dan pasar dalam negeri yang kecil. Export Oriented, Berjuang keras sejak dini untuk merebut pasar dunia. Pemerintah memberikan dukungan yang kuat untuk dunia usaha. Infrastruktur, modal yang murah, pajak rendah untuk industri unggulan, dan, sumberdaya manusia berkualitas tinggi. Birokrasi dibuat super efisien dan berkualitas tinggi. Para birokrat dididik dengan proses belajar dan disiplin kelas dunia. Hanya yang terbaik yang ada dalam birokrasi. Yang tidak efisien, langsung dipotong. Tidak ada waktu untuk birokrasi korup.Para konglomeratnya, Hyundai, Samsung, dan LG juga adalah pejuang yang sangat nasionalis. Mereka pada dasarnya akan berjuang mati-matian menembus pasar dunia demi kemajuan bangsa Korea. Dengan, atau tanpa bantuan dari pemerintah.
Para pemimpin Korea juga punya visi yang sangat maju dalam penyerapan dan pengembangan teknologi. Inilah kunci dari semua bangsa-bangsa termaju. Tahun 1959, pemerintah Korea sudah mendirikan Korean Atomic Energy Commision. Pertengahan tahun 1960, Kementerian Sains dan Teknologi dibentuk. Lalu Korea Institute of Science and Technology yang dibentuk untuk riset industrial. Dan setelah itu, proses pembelajaran sains dan teknologi dilakukan secara besar-besaran. Para ilmuwan asing dan segala macam teknologi terbaru dari Barat diserap habis-habisan. Persis seperti Jepang. Riset dan penelitian digalakkan, orang-orang serta badan-badan riset yang unggul diberi dana yang sangat besar oleh pemerintah. Industri-industri dengan potensi pasar masa depan yang besar dianalisis dan dikejar habis-habisan, baik oleh pemerintahnya maupun swasta.Industri-industri utama Korea Selatan sekarang adalah otomotif, semikonduktor, elektronik, pembuatan kapal, dan baja. Korea juga dengan intens mengembangkan industri-industri strategis masa depan, seperti Nanoteknologi, Bioteknologi, Teknologi Informasi, Robotika, dan teknologi ruang angkasa.
Para pemimpin Korea juga punya visi yang sangat maju dalam penyerapan dan pengembangan teknologi. Inilah kunci dari semua bangsa-bangsa termaju. Tahun 1959, pemerintah Korea sudah mendirikan Korean Atomic Energy Commision. Pertengahan tahun 1960, Kementerian Sains dan Teknologi dibentuk. Lalu Korea Institute of Science and Technology yang dibentuk untuk riset industrial. Dan setelah itu, proses pembelajaran sains dan teknologi dilakukan secara besar-besaran. Para ilmuwan asing dan segala macam teknologi terbaru dari Barat diserap habis-habisan. Persis seperti Jepang. Riset dan penelitian digalakkan, orang-orang serta badan-badan riset yang unggul diberi dana yang sangat besar oleh pemerintah. Industri-industri dengan potensi pasar masa depan yang besar dianalisis dan dikejar habis-habisan, baik oleh pemerintahnya maupun swasta.Industri-industri utama Korea Selatan sekarang adalah otomotif, semikonduktor, elektronik, pembuatan kapal, dan baja. Korea juga dengan intens mengembangkan industri-industri strategis masa depan, seperti Nanoteknologi, Bioteknologi, Teknologi Informasi, Robotika, dan teknologi ruang angkasa.
Korea juga mempunyai robot humanoid ke 2 di dunia, HUBO, robot berkepala Einstein. (Robot humanoid pertama dunia adalah Asimo dari Jepang). Korea juga berambisi menjadi "World's Number 1 Robotics Nation”, bangsa pengguna robot terbesar dunia, 2025 nanti.
Pembangunan manusia-manusia unggul. Manusia-manusia unggul yang punya kemampuan tinggi dalam menyerap ilmu dan teknologi. Pembangunan manusia-manusia unggul, lewat pendidikan unggul. Pendidikan terbaik di dunia. Sejak lama, pemerintah telah berjuang agar anak-anak Korea memiliki nilai matematika dan sains yang tinggi. Tidak dalam ukuran Korea sendiri, tapi dalam skala global. Jadi sistem pendidikan terbaik di dunia harus dibentuk. Ahli-ahli pendidikan terbaik di dunia, pakar-pakar sains dan teknologi termaju didatangkan untuk membentuk sistem pendidikan Korea. Berbagai usaha dilakukan agar universitas-universitas di Korea bisa sejajar, dengan Harvard dan MIT, terutama dalam advanced science dan technology.
Sejak awal 70-an, walaupun sangat berat, pemerintah telah memberikan lebih dari 20% anggarannya untuk mengakselerasikan proses belajar bangsa itu. Untuk menciptakan generasi super cerdas. Anak-anak Korea juga didorong untuk belajar ke kampus-kampus paling terkemuka dunia, Harvard, Princeton, MIT. Dan Korea telah berhasil. Tingkat IQ Korea secara nasional adalah yang tertinggi di dunia. Dan anak-anakKorea juga memiliki ranking teratas dalam kemampuan matematika, sains, problem solving, dan membaca dalam peringkat OECD, Organisation for Economic Co-operation and Development.
Sejak awal 70-an, walaupun sangat berat, pemerintah telah memberikan lebih dari 20% anggarannya untuk mengakselerasikan proses belajar bangsa itu. Untuk menciptakan generasi super cerdas. Anak-anak Korea juga didorong untuk belajar ke kampus-kampus paling terkemuka dunia, Harvard, Princeton, MIT. Dan Korea telah berhasil. Tingkat IQ Korea secara nasional adalah yang tertinggi di dunia. Dan anak-anak
Ribuan orang Korsel yang menikmati pendidikan di luar negerinya, tetap saja bangsa Korea mencerminkan tradisi dan pembawaan (conditioning) Shamaisme (kepercayaan tradisional), Konfusianisme dan Buddhisme selama ribuan tahun. Yang sangat kuat adalah pengaruh moral dan etika Konfusius dan disusul Buddhisme, kemudian dengan moral dan etika Kristen yang berkembang pula. Hal ini dapat dilihat dari komposisi penduduk Korsel berjumlah 49,1 juta yang sekira 11,7 juta (24,6%) pemeluk agama Buddha, sekira 9,3juta (19,3 %) adalah pemeluk agama Kristen dan mayoritasnya pemeluk Konfusius.
Di permukaan, sosok manusia Korsel tampil serius, gesit tidak mengenal lelah dan sikap individualistis dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab. Ada kemiripannya dengan gurunya, Jepang, yaitu dalam sense of patriotism, orientasi pada prestasi dan harmoni dalam kebersamaan. Memang ada kalangan akademisi maupun pebisnis tidak mau diberi predikat murid atau meniru gaya Jepang.
Dalam kebanyakan perusahaan Korsel, keputusan strategis dibuat oleh direksi, termasuk satu atau dua anggota keluarga pemilik sebagai pendiri. Pengaruh Konfusianisme yang mengalir dalam organisasi bisnis bahkan pemerintahan adalah:
Ø kesetiaan total pada suatu struktur hierarkis: orang tua, keluarga, klan, komunitas, dan bangsa;
Ø patuh kepada orang tua (duty to the parents), yang mencakup kesetiaan, cinta kasih, dan rasa berterima kasih, terutama kepada ibunda, yang biasanya digambarkan sebagai simbol kebajikan, tidak egoisme dan senantiasa berkorban (sacrifice).
Ø harmoni dalam dan antar-kelompok,
Ø keteladanan pemimpin,
Ø nilai nilai moral lebih dihargai daripada kompetensi keahlian saja.
Agak berbeda dengan gaya berbisnis Jepang, seringkali antar-karyawan Korsel terdengar ungkapan koenchanayo yang berarti alright, that is good enough, sekalipun belum sesuai hasil yang diharapkan. Secara positif ada maksud untuk toleransi dan menghargai orang lain. Kalau pelaku bisnis Jepang mengejar zero defect dan menerapkan Kaizen atau continuous improvement, maka pihak Korsel lebih toleran pada adanya defect untuk mereka usahakan perbaikannya.
Sikap individuaalistis bangsa Korsel dalam berbisnis lebih banyak menonjol. Hal itu disebabkan oleh pergolakan dan tekanan tekanan yang dialami setiap individu dalam lingkungan masyarakat. Di Korsel apa yang disebut job-hopping (pindah-pindah kerja), apalagi yang terhitung terampil (skilled) dapat diterima oleh masyarakat di mana seseorang bermukim.
Disiplin dalam masyarakat Korea sangat menonjol. Soalnya, setiap pria harus menurut Undang-Undang (UU) setempat harus masuk wajib militer selama sekitar tiga tahun setelah lulus sekolah lanjutan atas. Setelah tamat mengikuti wajib militer, mereka juga diberi bekal pengetahuan, kursus pendek untuk bisa kembali ke jalur masyarakat sipil, termasuk keuletan bertahan hidup yang keras. Dan, gaya manajemen masih top-down. Dengan bekal semacam itu, maka kecepatan kerja, efisiensi dan biaya tenaga kerja tetap dapat bersaing menghadapi Jepang.
Sekalipun tampak perbedaan dalam budaya dan asal usul (heritage) dengan Jepang, tapi terdapat beberapa kesamaan bagi bangsa Korsel, yaitu kondisi keduanya dalam arti kelangkaan Sumber Daya Alam (SDA), wilayah yang sempit, penduduk yang memiliki motivasi untuk belajar dan menggali ilmu pengetahuan dan keterampilan (skill). Kebijakan inudstri yang dianut Korsel benar-benar mengagumkan. Masyarakat dunia bisa menyaksikan bagaimana arah kebijakan itu membawa hasil, sekalipun di sana sini terdapat kelemahan dalam over-investasi oleh para konglomerat. Selain ternyata ada juga yang mengalami kemerosotan, hingga ada sejumlah chaebol sejak tahun 1998 banyak yang harus dipailitkan.
Berbagai sektor dalam industri mereka mencuat sebagai akibat agresitivitas dalam menyerap teknologi. Hal ini mereka lakukan dengan bermitra dengan berbagai perusahaan luar negeri. Dalam dekade 1980an, Lucky Goldstar Group bermitra dengan Hitachi (Jepang) dan dengan Siemens Jerman untuk Tele-electric. Goldstar Electric dengan NEC Jepang, dan lainnya. Demikian pula rintisan Samsung dengan Sumitomo. Di sektor otomotif, Hyundai, KIA, dan lainnya.
Bermitra secara resmi bagi perusahaan besar Korsel merupakan metode paling nyata (visible) dari perolehan ketrampilan teknologi. Transfer know-how mampu mereka kerjakan karena motivasi Sumber Daya Manusia (SDM)-nya sangat tinggi untuk belajar dan terus belajar. Dalam bidang manajemen teknologi, bahkan pernah terungkap semacam slogan “Kerjakan apa yang pernah dilakukan oleh Jepang, tapi lakukakan dengan biaya lebih murah dan lebih cepat”. Antara harapan dan kenyataan senantiasa terdapat kesenjangan (gap). Dan, hal ini yang senantiasa dihadapi setiap bangsa termasuk korea Selatan. Kegagalan berarti mulai lagi dengan semangat baru.
Dibandingkan dengan Jepang, berbagai produk otomotif dan elektronika yang menjadi andalan Korsel, harga ekspor maupun yang dirakit di negara tujuan investasi sekitar 20% lebih murah, sekalipun dalam mutu teknologinya masih satu kelas di bawah Jepang.
Ketika tahun 1997 terjadi krisis finansial menjadi krisis ekonomi, yang diawali Thailand dan menjalar ke Korsel, Malaysia, Indonesia dan Filipina, ternyata Korsel merupakan korban yang paling parah dari krisis tersebut. Dengan tekad membaja untuk keluar dari krisis ekonomi, maka bangsa Korsel yang saat itu di bawah kepemimpinan Kim Dae Jung dengan membangun common platform bersama pihak oposisi –sekalipun ada perbedaan pendirian dalam mencari pemecahan atau solusi terhadap krisis– berhasil hanya dalam dua tahun.
Dr. Soogil Young dalam Riding the Wave of Globalization: Korea’s Experiences and Lesson for Indonesia (ceramah 21 Juli 2001) sudah jauh-jauh hari memaparkan pengalaman pahit bangsa Korsel ketika menghadapi krisis finansialpada 1997.
Sebelum tahun 1997 paradigma pembangunan Korsel sejak 1960-an sampai awal 1990-an yang dianggap oleh berbagai pengamat cukup berhasil, terdiri dari empat pilar:
- perekonomian yang dimanaje oleh pemerintah (government managed),
- perekonomian berlandaskan perusahaan nasional (national firm based),
- perekonomian berlandaskan sumberdaya (resource based)
- sistem kesejahteraan perusahaan (corporate welfare system).
Hal yang dimaksud dengan perekonomian yang dimanajeri pemerintah di Korsel adalah peranan pemerintah dominan dalam alokasi sumber daya untuk pembangunan. Pemerintah memakai lembaga keuangan sebagai instrumen pembiayaan pembangunan.
Perekonomian yang berlandaskan perusahaan nasional memberi proteksi pada perusahaan domestik dalam pembangunan teknologi. Dengan alasan ini dikembangkanlah chaebol alias organisasi konglomerasi, yang ternyata beberapa diantaranya tidak mampu mengatasi krisis tahun 1997, sehingga cukup banyak diantaranya diharuskan menyatakan diri palit. Dalam hal perekonoimian berlandaskan sumber daya, pemerintah membuat SDM dan modal tumbuh, serta kurang memfokus pada inovasi dan pertumbuhan teknologi.
Sistem kesejahteraan perusahaan mengharuskan perusahaan menyelenggarakan kesejahteraan sosial yang sesungguhnya menjadi tugas pemerintah dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Ternyata, paradigma pembangunan yang dianut Korsel ada kemiripan dengan Indonesia sebelum krisis 1997, yakni melalui Trilogi Pembangunan Nasional yang mengutamakan “stabilitas, pertumbuhan dan pemerataan”, atau yang dikenal dengan “dampak penetesan pembangunan” (trickle down effect). Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Korsel senantiasa tidak mau putus asa, sekalipun banyak tekanan yang dilakukan chaebols yang banyak memiliki posisi monopoli atau oligopoli.
Dengan menengok ke belakang, maka tanpa ragu langkah paling utama adalah merespons pada krisis kepemimpinan (leadership crisis) yang langsung diusahakan pemecahannya dengan memilih Kim Dae Jung sebagai pemimpin. Dalam waktu singkat tahun 1999 mampu keluar dari resesi akibat krisis tersebut.
Korsel dibawah Kim Dae Jung dikenal tanpa lelah bertekad, sekalipun ada oposisi yang wajar sebagai layaknya dalam demokrasi dan sistem nilai Korea “mendayung di atas gelombang globalisasi” (riding the wave of globalization). Sadar bahwa berada di atas gelombang globalisasi berarti bersama para raksasa, yaitu AS dan Eropa di barat dan di Timur bersama Jepang. Korsel sadar tidak mau terjebak dalam crisis complacency cycle atau siklus puas diri berhasil mengatasi krisis.
Korsel memang pernah menerima resep Dana Moneter Internasional (IMF), namun Kim Dae Jung tidak membatasi diri pada resep IMF, tetapi justru melangkah yang lebih strategis dengan menangani krisis struktural dalam empat sektor:
- Restrukturisasi sektor bisnis,
- Restrukturisasi sektor finansial/keuangan,
- Restrukturisasi pasar tenaga kerja,
- Restrukturisasi sektor publik/pemerintahan.
Hal yang menarik adalah ketegasan Kim Dae Jung langsung menangani reformasi bisnis korporat dengan fokus pada chaebols dengan mendesakkan pengelolaan yang bertanggung jawab (corporate governance). Hasil dari ketegasan langkah itu adalah adanya chaebol yang gulung tikar atau dimergedengan lainnya. Obat langsung yang dikerjakan oleh Kim Dae Jung membawa hasil yang mengagumkan, sekalipun di sana sini ada kelemahan.
Kim Dae Jung diganti oleh Roh Moo Hyun akhir 2002, dan dasar-dasar reformasi maupun restrukturisasi yang diprakarsai Kim Dae Jung dilanjutkan oleh penerusnya.
Keberhasilan mereka terpulang pada elan vital masing-masing individu bangsa Korsel dan peran kepemimpinan yang memiliki tekad good governance yang bukan slogan. Hal itu terbukti dengan dihukumnya putra Presiden Kim yang melanggar hukum lantaran berkorupsi. Supremasi hukum tetap dijunjung.
Keberhasilan mereka terpulang pada elan vital masing-masing individu bangsa Korsel dan peran kepemimpinan yang memiliki tekad good governance yang bukan slogan. Hal itu terbukti dengan dihukumnya putra Presiden Kim yang melanggar hukum lantaran berkorupsi. Supremasi hukum tetap dijunjung.
Dengan paradigma baru dalam melangkah internasionalisasi bisnis, yaitu suatu perekonomian berdasarkan pengetahuan (knowledge base economy) dan gairah memberi substansi pada perekonomian kemakmuran (welfare state economy) merupakan strategic intent yang tidak kalah pentingnya.
Investasi dalam modal manusia (human capital) dan kembali menyesuaikan diri pada disiplin pasar, serta persaingan internasional/global. Perjalanan transformasi itu tidaklah mudah, tapi hambatan hambatan yang dialami bangsa Korsel sendiri dalam menyesuaikan diri pada kelembagaan dan standar-standar baru.
KESIMPULAN
Dari uraian diatas mengenai negara Korea Selatan. Pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat bukan disebabkan oleh salah satu kebijaka ekonomi, entah itu berupa liberalisasi impor ataupun reformasi nilai kurs, semata-mata. Korea Selatan reformasi kebijakan dilakukan secara eksentif, dan tidak hanya menyangkup perubahan insentif ekonomi melaikan lebih mendasaar berupa penyusunan kembali hubungan antara sektor pemerintah dan swasta. Aspek historis juga sangat berpengaruh terhadap kemajuan negara Korea Selatan, termasuk kepentingan dan bantuan dari Amerika Serikat yang ektensif maupun struktur sosial dan politik yang khas, memberikan landasan pokok bagi upaya reformasi. Kebijakan pemerintah jelas merupakan input pokok bagi upaya pembangunan eekonomi. Korea Selatan mengalami berbagai kemajuan. Dalam bidang ekonomi berbagai sektor dalam industri mereka mencuat sebagai akibat agresitivitas dalam menyerap teknologi.
Perekonomian yang maju dan teknologi yang semakin canggih salah satunya disebabkan oleh gaya manajemen perusahaan Korsel, baik yang berskala besar konglomerat “chaebol” maupun yang menengah dan kecil senantiasa mencerminkan nilai dan filosofi dasar yang mereka anut. Secara keseluruhan perusahaan memberi tekanan pada harmoni antar-manusia, rasa menyatu, kerjasama, pengabdian, sikap rajin kerja, orisinalitas dan kreativitas dan mengejar pembangunan pribadi.
Export oriented, Korea Selatan harus mempersiapkan diri dan berjuang untuk merebut pasar dunia, Ini akibat dari keadaan yang sama seperti Jepang, sumberdaya alam yang sangat terbatas dan pasar dalam negeri yang kecil. Export Oriented, Berjuang keras sejak dini untuk merebut pasar dunia. Pemerintah memberikan dukungan yang kuat untuk dunia usaha. Infrastruktur, modal yang murah, pajak rendah untuk industri unggulan, dan, sumberdaya manusia berkualitas tinggi. Birokrasi dibuat super efisien dan berkualitas tinggi. Para birokrat dididik dengan proses belajar dan disiplin kelas dunia. Hanya yang terbaik yang ada dalam birokrasi. Yang tidak efisien, langsung dipotong. Tidak ada waktu untuk birokrasi korup.Para konglomeratnya, Hyundai, Samsung, dan LG juga adalah pejuang yang sangat nasionalis. Mereka pada dasarnya akan berjuang mati-matian menembus pasar dunia demi kemajuan bangsa Korea. Dengan, atau tanpa bantuan dari pemerintah.
Pembangunan manusia-manusia unggul. Manusia-manusia unggul yang punya kemampuan tinggi dalam menyerap ilmu dan teknologi. Pembangunan manusia-manusia unggul, lewat pendidikan unggul. Pendidikan terbaik di dunia. Sejak lama, pemerintah telah berjuang agar anak-anak Korea memiliki nilai matematika dan sains yang tinggi. Tidak dalam ukuran Korea sendiri, tapi dalam skala global. Jadi sistem pendidikan terbaik di dunia harus dibentuk. Ahli-ahli pendidikan terbaik di dunia, pakar-pakar sains dan teknologi termaju didatangkan untuk membentuk sistem pendidikan Korea. Berbagai usaha dilakukan agar universitas-universitas di Korea bisa sejajar, dengan Harvard dan MIT, terutama dalam advanced science dan technology.
Foot Note :
_________________________________
1Just another WordPress.com
2Korsel Online, ”Wikipedia” dalam http://www.Korsel.or.id
3Ibid.
4Just another WordPress.com
5Ibid.
6Ibid.
7Ibid.
8ImperimIndonesia Blogspot.com
9Riedel J, 1992 Pembangunan Ekonomi di Asia Timur, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,hal 51.
10apakah penekakanannya terletak pada persamaan atau perbedaan tergantung pada masalah yang tengah dibahas dan ornag yang melakukan perbandingan ini Pye dan Pye (1985) melakukan perbedaan antara Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan menurut konsep teori kekuasaan dan karenanya menyangkut struktur politik. penekanan pada persamaan yang ada didalm tulisan ini mengikuti Johson (1981),1983). Perhatikan pada Jepang yang didasarkan pada tulisan ini adalah Jepang pada dasawarsa 1950-an dan 1960-an.
11Helen H, 1988, Keberhasilan Industrialisasi di Asia Timur, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal 181
12Ibid hal.189.
13Irwan A, 1999, Jejak-jejak Krisis di Asia, Kanisius(anggota IKAPI) Yogyakarta, hal.32-33
Daftar Pustaka :
Helen Hughes, Keberhasilan Industrialisasi di Asia Timur, judul aslli Achieving Industrialization in East Asia . 1988, Cambridge University Press,
Helen H, 1988, Keberhasilan
Industrialisasi di Asia Timur, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Irwan A, 1999, Jejak-jejak Krisis di Asia, Kanisius(anggota IKAPI) Yogyakarta
Just another WordPress.com
ImperimIndonesia Blogspot.com
http://www.google.com.
NB: Makalah ini ditulis dan di buat oleh penulis yaitu saya sendiri sewaktu masih menjadi mahasiswa, jadi maap kalau ada kekurangan atau sesuatu yang janggal terhadap makalah ini, semoga makalah Ini bermanfaat terimakasih.
Artikel Terkait:
Daftar Isi
-
▼
2010
(61)
-
▼
May
(13)
- Lukisan Taman Kanak-kanak (TK) Juga Keren
- 10 Buku yang pernah mengacaukan Dunia
- Murid SD Tertua di Dunia Berumur 102 Tahun
- Membakar Tubuhnya dengan Lilin hanya Karena Ingin ...
- Komedian berbadan kecil yang membuat kita tertawa
- 12 racun yang paling mematikan di dunia
- T-Shirt anti peluru bukan Rompi
- Komik Superman Seharga Rp 1.5 Miliar
- Makalah Hubungan Politik Internasional Korsel (Kor...
- Casino Terluas di Dunia The Venetian® Macao
- Cara Memposting Artikel di Blog
- Memilih Template
- Mengingat Mantan Wakil Presiden (Wapres) RI
-
▼
May
(13)